Warning: session_start(): open(/home/indonesiatodayne/public_html/src/var/sessions/sess_c1ab4877451547779d2a8b0bc29ddc36, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/indonesiatodayne/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/indonesiatodayne/public_html/src/var/sessions) in /home/indonesiatodayne/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Tim Seniman Bali Berjaya Raih Commemorative Prize di Ajang Patung Salju Internasional di China - indonesiatodayne

Tim Seniman Bali Berjaya Raih Commemorative Prize di Ajang Patung Salju Internasional di China

3 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Tim seniman Bali yang berasal dari Himpunan Seniman Pecatu (HSP) dan Bali Talent Artis (BTA) kembali mengukir prestasi gemilang di kancah internasional. Kelompok seniman yang dipimpin oleh I Nyoman Sungada ini meraih penghargaan bergengsi ‘Commemorative Prize’ dalam ajang Harbin International Snow Sculpture Competition yang berlangsung pada 6-9 Januari 2025 di Harbin, China.

Tim Indonesia di kompetisi ini terdiri dari empat seniman berbakat, yaitu I Nyoman Sungada, I Wayan Mardina, Gede Agus Kurniawan, dan I Ketut Suaryana. Dua anggota berasal dari HSP, sementara dua lainnya mewakili Bali Talent Artis (BTA). Mereka berhasil mendapat penghargaan dalam ajang yang diikuti oleh 26 tim dari berbagai negara tersebut.

Kapten Pematung, I Nyoman Sungada mengatakan jika tahun ini mereka membawa kebanggaan Indonesia dengan tema ‘Tri Guna’ yang mengusung nilai-nilai tiga sifat manusia. Tiga tokoh dihadirkan oleh mereka dengan masing-masing memiliki karakter raut wajah yang berbeda, yakni Sattwam memiliki arti sifat manusia yang tenang, tulus, bijaksana, dan tanpa pamrih. Kemudian Rajas dengan sifat enerjik, agresif, dan ambisius. Terakhir Tamas adalah sifat pasif, malas, dan lamban.

Di media balok salju setinggi 4 meter dengan diameter 3x3 meter, proses pengerjaan patung salju disebut berlangsung selama 3,5 hari dari pukul 09.00 hingga 19.00 setiap hari dengan suhu ekstrem mencapai -26 derajat Celsius. Tantangan terbesar adalah kondisi cuaca yang sangat dingin, terutama bagi anggota tim yang belum terbiasa. Meski demikian, Nyoman Sungada mengungkapkan rasa puas atas hasil karya mereka walaupun ada sedikit kekecewaan terhadap keputusan juri. 

“Kami bekerja dengan maksimal. Setelah kami sadari dengan kekalahan ini pengalaman ini adalah guru terbaik buat saya bahwa saya harus lebih banyak belajar lagi,” ujar Nyoman Sungada, Minggu (12/1) pagi. Persiapan keberangkatan ke China pun, lanjut dia, membutuhkan waktu sekitar 2,5 bulan. Tim baru menerima surat undangan pada 12 Oktober 2024 dan setelah itu mereka mulai mencari sponsor. Sayangnya, hingga pertengahan November, dukungan dana belum kunjung diperoleh. Akhirnya, tim memutuskan untuk menggunakan dana pribadi. Langkah-langkah persiapan meliputi pembuatan miniatur dari styrofoam, latihan ukiran, persiapan alat-alat, pengurusan visa, dan pemesanan tiket. “Tim saat ini berubah karena keterbatasan dana sehingga kita putuskan mencari tim yang siap dengan dana pribadi. Kami berangkat dengan semangat besar meski harus mengeluarkan uang sendiri,” tambahnya.

Nyoman Sungada mengungkapkan jika timnya telah mengikuti Harbin International Snow Sculpture Competition sebanyak delapan kali dan lima kali di Jepang (Sapporo & Nayoro). Dari keikutsertaan tersebut, mereka telah meraih berbagai penghargaan seperti empat kali Juara 3, satu kali Best Skills, satu kali Best Creative, satu kali Special Prize, dan Juara 1 pilihan para pematung. Penghargaan yang diraih di Harbin tahun ini menambah daftar panjang prestasi mereka, meskipun tantangan pendanaan kerap menjadi hambatan utama. Meski konsisten mengharumkan nama Indonesia, HSP masih sering mengandalkan dana pribadi untuk mengikuti kompetisi internasional. 

Nyoman Sungada berharap pemerintah dan pihak swasta lebih memperhatikan misi ini karena membawa nama baik Bali dan Indonesia. Tanpa dukungan itu, dia menilai akses untuk tampil di ajang internasional seperti ini bisa terputus. Dengan semangat dan kecintaan terhadap seni, Himpunan Seniman Pecatu terus berjuang untuk menjaga eksistensi budaya Bali di panggung internasional. Pihaknya terus berharap, apresiasi dan dukungan untuk para seniman ini semakin meningkat. “Kami sudah tua dan lelah mengurus semua ini sendiri, mulai dari ide, perlengkapan, hingga pendanaan. Sayang sekali jika kesempatan ini hilang. Dukungan yang lebih besar akan sangat membantu keberlanjutan seni budaya kita di kancah dunia,” pungkasnya. 7 ol3
Read Entire Article