ARTICLE AD BOX
Dari informasi yang dihimpun NusaBali, Arya Budhiarta dinyatakan meninggal karena penyakit kanker. Proses pemulangan jenazah Arya yang diketahui merantau sebagai pekerja migran melalui jalur mandiri ini masih belum jelas. Dari informasi terakhir yang diterima pihak Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Nakerprin) Jembrana, pemulangan jenazah masih berupaya dikoordinasikan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Kepala Bidang Penempatan Pelatihan Produktivitas dan Transmigrasi (P3T) pada Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Jembrana Putu Agus Arimbawa, Selasa (14/1) mengaku sudah sempat turun ke rumah duka almarhum, Senin (13/1) sore. Di rumah duka, diketahui hanya tinggal ibunda almarhum, Ni Ketut Wandi. "Keluarganya (keluarga sedarah) hanya ada ibunya. Almarhum dua bersaudara, tapi kakaknya juga sudah meninggal," ujar Agus Arimbawa.
Sesuai keterangan yang diterima dari ibunya, anak bungsunya itu berangkat bekerja ke AS melalui jalur mandiri sejak tahun 2018 lalu dan bekerja di sebuah restoran di kawasan Bourbonnais, Illonios. Sebelum merantau ke AS, almarhum adalah pekerja migran kapal pesiar yang sempat tujuh kali melaut. Saat bekerja di AS itu, Arya Budhiarta divonis menderita kanker lidah pada 2022 silam. Ia pun mendapatkan penanganan medis yang dibiayai oleh perusahaannya dan sudah sempat membaik.
Kemudian sekitar bulan Juni 2024 lalu, Arya Budhiarta kembali mengeluhkan sakit di sekitar tulang belakang sampai akhirnya menjalankan operasi saraf pada bulan Desember 2024. Namun takdir berkata lain. Sejak menjalani operasi saraf itu kondisinya semakin memburuk dengan dikabarkan sempat mengalami muntah darah serta tidak sadarkan diri sehingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (11/1) pukul 20.41 waktu setempat.
Terkait rencana pemulangan jenazah, Agus Arimbawa menyatakan telah berupaya berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait dan rekan-rekan kerja almarhum di AS. Sebagai informasi awal, pihaknya mendapat kabar bahwa pihak perusahaan tempat almarhum bekerja telah melakukan upaya untuk membantu proses pemulangan jenazah almarhum melalui koordinasi dengan pihak KBRI setempat.
"Sementara ini belum ada kabar apakah bisa segera dipulangkan atau ada kendala untuk pemulangannya. Kami juga masih menunggu kabar. Tentunya kami juga masih terus pantau perkembangannya," ucap Agus Arimbawa.
Seperti diberitakan sebelumnya ada tiga kasus pekerja migran asal Jembrana yang meninggal dunia di luar negeri dalam kurun waktu 2 bulan terakhir ini. Pertama, seorang PMI bernama I Ketut Ardika Yasa,26, asal Banjar Sari Kuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, yang meninggal dunia di kapal pesiar pada 23 November 2024 lalu.
Kedua, ada seorang PMI bernama Ni Putu Kariani, 44, asal Banjar Taman, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, yang meninggal dunia di Turki, Sabtu (14/12). Terkait jenazah Ardika Yasa dan Kariani yang sebelumya dinyatakan meninggal dunia karena sakit itu telah dipulangkan ke keluarga masing-masing pada sekitar bulan Desember 2024 lalu.
Kasus ketiga, adalah seorang PMI bernama I Komang Sudiarna, 40, asal Lingkungan Bilukpoh, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, yang diketahui meninggal akibat kecelakan kerja di Jepang, Selasa (31/12). Hingga saat ini, pemulangan jenazah Sudiarna masih diupayakan. "Yang meninggal di Jepang masih on proses. Informasi terakhir harus menunggu proses investigasi dari kepolisian setempat," ucap Agus Arimbawa. 7 ode