ARTICLE AD BOX
Tidak ada angin, tidak ada hujan, cuman cuaca sedikit mendung, warga Desa Mengwi dan khususnya krama Subak Tungkub dihebohkan kabar robohnya bangunan yang baru saja rampung, Selasa sekitar pukul 10.30 WITA. Padahal, di hari yang sama upacara peresmian secara niskala (mlaspas) akan segera dimulai.
Perbekel Desa Mengwi I Nyoman Suwarjana menuturkan, bale pasandekan saka dasa berbahan kayu kamper berukuran 14 x 3,5 meter ini adalah satu dari beberapa bangunan di dalam kompleks fasilitas pendukung pertanian. Bangunan lainnya adalah gudang gabah, tempat penyosohan beras, TPS3R organik, dan gudang pupuk.
“Total nilai kompleks ini adalah Rp 11,8 miliar sekian. Sedangkan yang roboh yaitu bale pasandekan nilainya Rp 300 juta sekian,” ungkap Suwarjana kepada NusaBali.com ketika ditemui di lokasi, Selasa siang.
Dana sebanyak Rp 11,8 miliar ini berasal dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang bersumber dar APBD Kabupaten Badung. Sejumlah Rp 8,8 miliar lebih dari APBD Tahun Anggaran 2024 dan sisanya dari APBD Perubahan Tahun Anggaran 2024. Ada pula Rp 153,8 juta dari APBDes Mengwi khusus untuk dua bangunan palinggih.
Menurut kontrak, kompleks bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 27 are milik Pemerintah Provinsi Bali ini dikerjakan PT Manik Sekecap selama 180 hari kalender dari 7 Juni-3 Desember 2024. Namun, terjadi keterlambatan untuk penyelesaian bale pasandekan yang disebut gara-gara kesiapan tukang ukir stil Bali.
Suwarjana mengatakan, belum diketahui pasti penyebab peristiwa robohnya bale pesandekan ini. “Tapi kemarin malam hujan, angin kencang, dan bangunan (bale pasandekan) baru selesai hari ini,” imbuh Suwarjana.
Detik-detik ketika bale pesandekan hendak roboh, Pemerintah Desa (Pemdes) Mengwi dan beberapa warga sedang mempersiapkan pamlaspasan. Beruntung tidak ada aktivitas warga di bawah satu-satunya bangunan Bali selain Pura Dugul di dalam kompleks bangunan, namun dua buruh proyek mengalami luka lecet.
Ketika dikunjungi NusaBali.com, Selasa siang, robohan bangunan masih berada di tempat tapi tertutup terpal. Tampak bagian atap bangunan roboh menutupi lantai bangunan. Saka atau tiang penyangga bangunan Bali terlepas dari sendi atau tatakan tiangnya yang keropos hingga tampak besi pengunci saka dengan sendi bengkok.
Pihak kontraktor, dijelaskan Suwarjana, sudah menandatangani surat pernyataan komitmen perampungan dan perbaikan tuntas sebelum 27 Desember 2024. Sebab, di hari itu, sesuai rencana awal adalah tenggat waktu serah terima bangunan dari kontraktor ke Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa Mengwi.
“Perlu diketahui, ini belum ada serah terima dari penyedia ke TPK, prosesnya belum. Kami mlaspas hari ini karena mencari hari baik. Sehingga, kelanjutan bangunan ini adalah tanggung jawab penuh penyedia,” ucap Suwarjana, sembari menegaskan setiap proses dan tahap realisasi dipastikan mengikuti regulasi.
Sementara itu, kompleks fasilitas pendukung pertanian ini (belum ada judul kompleks bangunan yang resmi) disebut sebagai realisasi gagasan krama Subak Tungkub dan Pemdes Mengwi. Bale pasandekan ini sendiri rencananya difungsikan sebagai tempat paruman krama subak yang terdiri dari lima munduk ini. *rat
Perbekel Desa Mengwi I Nyoman Suwarjana menuturkan, bale pasandekan saka dasa berbahan kayu kamper berukuran 14 x 3,5 meter ini adalah satu dari beberapa bangunan di dalam kompleks fasilitas pendukung pertanian. Bangunan lainnya adalah gudang gabah, tempat penyosohan beras, TPS3R organik, dan gudang pupuk.
“Total nilai kompleks ini adalah Rp 11,8 miliar sekian. Sedangkan yang roboh yaitu bale pasandekan nilainya Rp 300 juta sekian,” ungkap Suwarjana kepada NusaBali.com ketika ditemui di lokasi, Selasa siang.
Dana sebanyak Rp 11,8 miliar ini berasal dari Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang bersumber dar APBD Kabupaten Badung. Sejumlah Rp 8,8 miliar lebih dari APBD Tahun Anggaran 2024 dan sisanya dari APBD Perubahan Tahun Anggaran 2024. Ada pula Rp 153,8 juta dari APBDes Mengwi khusus untuk dua bangunan palinggih.
Menurut kontrak, kompleks bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 27 are milik Pemerintah Provinsi Bali ini dikerjakan PT Manik Sekecap selama 180 hari kalender dari 7 Juni-3 Desember 2024. Namun, terjadi keterlambatan untuk penyelesaian bale pasandekan yang disebut gara-gara kesiapan tukang ukir stil Bali.
Suwarjana mengatakan, belum diketahui pasti penyebab peristiwa robohnya bale pesandekan ini. “Tapi kemarin malam hujan, angin kencang, dan bangunan (bale pasandekan) baru selesai hari ini,” imbuh Suwarjana.
Detik-detik ketika bale pesandekan hendak roboh, Pemerintah Desa (Pemdes) Mengwi dan beberapa warga sedang mempersiapkan pamlaspasan. Beruntung tidak ada aktivitas warga di bawah satu-satunya bangunan Bali selain Pura Dugul di dalam kompleks bangunan, namun dua buruh proyek mengalami luka lecet.
Ketika dikunjungi NusaBali.com, Selasa siang, robohan bangunan masih berada di tempat tapi tertutup terpal. Tampak bagian atap bangunan roboh menutupi lantai bangunan. Saka atau tiang penyangga bangunan Bali terlepas dari sendi atau tatakan tiangnya yang keropos hingga tampak besi pengunci saka dengan sendi bengkok.
Pihak kontraktor, dijelaskan Suwarjana, sudah menandatangani surat pernyataan komitmen perampungan dan perbaikan tuntas sebelum 27 Desember 2024. Sebab, di hari itu, sesuai rencana awal adalah tenggat waktu serah terima bangunan dari kontraktor ke Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa Mengwi.
“Perlu diketahui, ini belum ada serah terima dari penyedia ke TPK, prosesnya belum. Kami mlaspas hari ini karena mencari hari baik. Sehingga, kelanjutan bangunan ini adalah tanggung jawab penuh penyedia,” ucap Suwarjana, sembari menegaskan setiap proses dan tahap realisasi dipastikan mengikuti regulasi.
Sementara itu, kompleks fasilitas pendukung pertanian ini (belum ada judul kompleks bangunan yang resmi) disebut sebagai realisasi gagasan krama Subak Tungkub dan Pemdes Mengwi. Bale pasandekan ini sendiri rencananya difungsikan sebagai tempat paruman krama subak yang terdiri dari lima munduk ini. *rat