ARTICLE AD BOX
GIANYAR, NusaBali
Di tengah kelamnya dunia perpolitikan nasional, budaya menjadi medium untuk menyampaikan ekspresi maupun kritik sosial atas kehidupan.
Hal itu menjadi kesimpulan dari pembukaan pameran tunggal Butet Kartaredjasa bertajuk ‘Eling Lan Waspada’, di Tonyraka Art Gallery, Ubud, Gianyar, Sabtu (19/10/2024) petang. Tak mengherankan jika patung ‘Pinokio Jawa’ menjadi salah satu objek pameran yang paling ramai dinikmati pengunjung.
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto ikut hadir dalam pameran yang dibuka oleh mantan Gubernur Bali I Wayan Koster. Dalam acara tersebut sejumlah seniman dan budayawan hadir, di antaranya Goenawan Mohamad, I Nyoman Erawan, Sri Krishna Encik, dan beberapa sahabat Butet seperti Hamid Basyaib, Sukidi Mulyadi, dan yang berasal dari luar Bali, Jerman, dan Swiss.
Di awal, Sri Krishna Encik membawakan beberapa lagu untuk meramaikan suasana. Hasto dan Butet bahkan sempat bernyanyi sesekali.
Butet menyampaikan pameran tunggal ini mengingatkan kembali bahwa dirinya bukan berangkat dari seni peran atau pun penulis, melainkan dari seni rupa.
Butet juga menyampaikan rasa terima kasih dan ucapkan selamat ke Hasto, lantaran hadir setelah baru saja meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia (UI).
“Saya ingin mengucapkan terima kasih spesial pada Mas Hasto Kristiyanto, double doktor kemarin yang baru saja sidang terbuka di Universitas Indonesia. Tiga tahun kuliahnya bukan doktor abal-abal, kok menyempatkan diri (hadir) di pameran saya ini,” kata Butet dalam keterangan tertulis yang diterima NusaBali.
“Saya mau bertanya kenapa masih mau hadir kemari,” lanjut Butet.
Mendengar Butet, Hasto langsung menyahutinya dari arah peserta pembukaan. “Perjuangan juga boleh lewat jalan kebudayaan,” ucapnya.
Butet pun langsung merespons, dengan menyebut jalan kebudayaan sebagai jalan yang baik.
“Jadi kalau jalan politik kotor, jorok, maka kita kembali ke jalan kebudayaan,” kata Butet.
Butet juga menjelaskan, apa yang dilakukan dewasa ini selalu dikaitkan dengan urusan politik. Menurut dia, ini bagian dari kepeduliannya terhadap negeri Indonesia.
“Jadi berpolitik itu semacam panggilan. Justru karena saya mencintai negara saya Indonesia, maka seperti kesannya saya berpolitik. Padahal saya semata-mata cuma ingin membantu, ingin memberikan sumbangan kecil, menyelamatkan negeri saya ketika dikoyak-koyak secara jahat. Saya cuma ingin menyelamatkan negeri saya lewat panggung pertunjukan, maupun lewat tulisan, maupun lewat karya-karya lain,” ungkapnya.
“Apa yang beliau lakukan menjadi kontribusi bagi kami di Bali untuk terus mendorong memajukan kebudayaan Bali,” kata Koster saat membuka pameran tersebut.
Setelah dibuka, Butet mengajak tamu yang hadir untuk melihat pameran tunggalnya. Berbagai karyanya seperti lukisan turut dipajang. Namun, yang menjadi perhatian utama masyarakat yang hadir dalam pameran tersebut adalah hadirnya patung Pinokio Jawa.
Patung Pinokio Jawa itu bagian dari karya Butet berjudul ‘Melik Nggendong Lali’, yang diluncurkan di Galeri Nasional Jakarta beberapa waktu lalu. Beberapa pengunjung berswafoto dan mengabadikan patung tersebut melalui gawai mereka. Bahkan, Butet sempat berpose di dekat patung Pinokio Jawa karyanya tersebut. 7 k22