ARTICLE AD BOX
Dalam narasi pertanyaan panelis membahas subtema transportasi, dijelaskan bahwa kemacetan di Denpasar kerap terjadi di berbagai titik. Di antaranya kemacetan itu terjadi di dekat pasar, pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, sekolah, dan pelabuhan.
Contoh riilnya adalah kemacetan yang terjadi di kawasan pariwisata Sanur. Kemacetan disebut mengular dari Pelabuhan Sanur hingga ke Pantai Mertasari yang mana dapat memicu citra negatif terhadap aktivitas pariwisata di jantung turisme Kota Denpasar ini.
Terkait permasalahan ini, Calon Wakil Walikota Denpasar nomor urut 1 I Nengah Yasa Adi Susanto (Jero Ong) tidak menampik bahwa kawasan pariwisata memang identik dengan kemacetan. Agar tidak semakin parah, pemicunya harus dicegah supaya tidak masuk ke kawasan.
“Kalau kami nanti diberi mandat oleh masyarakat Denpasar, di daerah-daerah pariwisata tidak mungkin kami membuka mal, misalnya. Karena daerah itu sudah khusus pariwisata sehingga bila membuka mal di sana, akan menambah kemacetan,” ujar pasangan dari Calon Walikota Denpasar Gede Ngurah Ambara Putra ini.
Pernyataan Jero Ong ini secara tidak langsung menyentil kebijakan rivalnya pasangan calon nomor urut 2 sekaligus petahana I Gusti Ngurah Jaya Negara-I Kadek Agus Arya Wibawa. Seperti diketahui baru-baru ini, mal anyar baru saja beroperasi di Jalan Danau Tamblingan, Sanur.
Arus kendaraan keluar masuk mal anyar di kawasan akomodasi dan restoran di Sanur itu berbenturan dengan arus lalu lintas di Jalan Danau Tamblingan. Sehingga, berdampak kemacetan pada jam-jam atau hari-hari tertentu.
Jero Ong menilai, kemacetan yang disebabkan keberadaan mal di pusat pariwisata tidak saja berdampak pada sistem transportasi. Kata Ketua DPW PSI Bali ini, toko-toko yang berada di lingkungan itu juga akan terdampak secara ekonomi.
“Pasti akan terdampak karena ada kemacetan yang luar biasa sehingga mempengaruhi omzet mereka. Untuk itu, kami akan memegang teguh tidak akan memberikan izin di daerah pariwisata untuk didirikan pusat perbelanjaan,” tegas Jero Ong. *rat
Contoh riilnya adalah kemacetan yang terjadi di kawasan pariwisata Sanur. Kemacetan disebut mengular dari Pelabuhan Sanur hingga ke Pantai Mertasari yang mana dapat memicu citra negatif terhadap aktivitas pariwisata di jantung turisme Kota Denpasar ini.
Terkait permasalahan ini, Calon Wakil Walikota Denpasar nomor urut 1 I Nengah Yasa Adi Susanto (Jero Ong) tidak menampik bahwa kawasan pariwisata memang identik dengan kemacetan. Agar tidak semakin parah, pemicunya harus dicegah supaya tidak masuk ke kawasan.
“Kalau kami nanti diberi mandat oleh masyarakat Denpasar, di daerah-daerah pariwisata tidak mungkin kami membuka mal, misalnya. Karena daerah itu sudah khusus pariwisata sehingga bila membuka mal di sana, akan menambah kemacetan,” ujar pasangan dari Calon Walikota Denpasar Gede Ngurah Ambara Putra ini.
Pernyataan Jero Ong ini secara tidak langsung menyentil kebijakan rivalnya pasangan calon nomor urut 2 sekaligus petahana I Gusti Ngurah Jaya Negara-I Kadek Agus Arya Wibawa. Seperti diketahui baru-baru ini, mal anyar baru saja beroperasi di Jalan Danau Tamblingan, Sanur.
Arus kendaraan keluar masuk mal anyar di kawasan akomodasi dan restoran di Sanur itu berbenturan dengan arus lalu lintas di Jalan Danau Tamblingan. Sehingga, berdampak kemacetan pada jam-jam atau hari-hari tertentu.
Jero Ong menilai, kemacetan yang disebabkan keberadaan mal di pusat pariwisata tidak saja berdampak pada sistem transportasi. Kata Ketua DPW PSI Bali ini, toko-toko yang berada di lingkungan itu juga akan terdampak secara ekonomi.
“Pasti akan terdampak karena ada kemacetan yang luar biasa sehingga mempengaruhi omzet mereka. Untuk itu, kami akan memegang teguh tidak akan memberikan izin di daerah pariwisata untuk didirikan pusat perbelanjaan,” tegas Jero Ong. *rat